Lelaki dan Bola

Perempuan pasti akan cemburu bila ada perempuan lain yang bisa menarik perhatian lelakinya. Tapi perempuan pasti bakal lebih jengkel kalau yang membuat lelakinya tidak memerhatikannya adalah karena kehadiran sebuah benda bernama bola.

Bola. Benda ini lalu diperebutkan oleh 22 lelaki untuk dioper-oper, ditendang- tendang setelah berhasil di tangkap. Cih. Ngerasa kan nelangsanya jadi bola? (Eh kok?)

Sedari saya remaja banyak kisah sudah saya dengar, saya baca tentang betapa murkanya perempuan yang ditinggal pacar/suaminya karena adanya suatu pertandingan sepak bola di layar tipi. Miris katanya. Murka rasanya. Mau dibanting itu tipi tapi sayang karena cicilan masih ada 13 kali lagi.

Saya gak suka bola. Saya cuma menonton bola saat final Piala Dunia. Selebihnya tidak. Selain itu ogah. Nonton bola bukan kesukaan tapi saya gak mempermasalahkan siapaun di dunia ini yang menuhankan bola. Yaah.. selama harkat martabat saya gak diganggu ya terserah-lah ya.

Akan tetapi, saya pernah membuat kriteria ‘menginginkan lelaki yang GAK SUKA BOLA sebagai calon pendamping saya’. kriteria iseng sebenarnya. Karena ini bisa juga sebagai bentuk pelindungan diri. (eh?)

Begini. Lelaki kayaknya lebih berjodoh sama bola ketimbang wanita. Bola selalu bisa memuaskan lelaki baik kalah atau menang. Sedangkan menjodohkan lelaki sama wanita itu lebih ribet dan menghabiskan waktu, uang dan pikiran. (Okeh.. paragraf ini hasil riset otak saya yang pas-pasan aja sih).

Karena banyak lelaki maniak bola (baik suka nonton atau pun suka main) maka saya berani memunajatkan harap agar mendapatkan calon pendamping yang gak suka bola. Alasannya cuman satu, biar makin susah dicarinya makin lama pula nikahnya *parang mulai diayun2kan oleh ibu saya* yang padahal saya sendiri gak ada masalah antara kombinasi lelaki dan bola.

Baiklah. Mengenai tulisan saya dimana menjelaskan perempuan jengkel bila melihat lelaki-nya memilih bola ketimbang dirinya hanya berlaku bila PEREMPUAN ITU TIDAK SUKA BOLA.

Balik ke saya. Saat kemarin malam layar tipi menayangkan pertandingan sepak bola antara Indonesia vs Malaysia saya tengah ditelepon oleh seseorang. LELAKI. Sepanjang pembicaraan yang memakan waktu sejam lebih itu saya mikir, ‘eh dia ngelewatin pertandingan bola nih’. Kalian pasti mengira saya senang bukan main karena ternyata si ‘dia’ ini lebih memilih saya ketimbang bola, kan?

Tahaaan…

Karena apa?

Karena sejurus kemudian saya nyadar. Ya gak mungkinlah dia bisa nonton bola. Kan di kost-annya GAK ADA TV.

Kota tempat dia tinggal tidak seperti kota dimana saya tinggal. Dimana warung kopi menjamur. Ya. Warung kopi dengan fasilitas wifi dan layar tancep yang gede untuk nonton bola tersedia di Banda Aceh (kota saya tinggal).  Warung kopi-warung kopi tersebut bahkan bisa dijangkau hanya dengan jalan kaki dimanapun rumahmu berada. Ya.. begitulah banyaknya warung kopi di Banda Aceh. Bisnis yang tengah heboh di kota berinflasi tertinggi* di seluruh Indonesia.

*Informasi terakhir yang saya dapet ketika saya masih kuliah di tahun 2010 😀

Yah.. jadi begitulah. Saya gak bisa senang dan lantas serta merta menobatkan ‘dia’ sebagai seseorang yang gak maniak bola untuk kasus kemarin malam itu. Butuh riset lebih lanjut hingga saya bisa bilang sama Ibu saya, “Mi, saya pilih dia untuk menjadi suami saya” dengan muka merah jambu efek kebanyakan blush on.

Leave a comment