Episode 6 di Korea Selatan & Epilog

Ketika telah dimulai harus diakhiri. Itulah yang mendasari saya tetep ngeyel bikin postingan lanjutan soal liburan saya ke Korea tahun 2014 silam. Ya.. hampir satu setengah tahun ceritanya belum tamat. Gak heran kenapa novel saya gak kunjung rampung.

Tulisan kali ini menjadi episode terakhir liburan di Korea Selatan sekaligus sebagai Epilog. Biar hutang (pada diri sendiri) segera lunas.

Hari terakhir di Korea Selatan merupakan jadwal kosong nan bebas. Karena kami men-skip jadwal pergi ke Busan pada hari ketiga dan memajukan jadwal lainnya otomatis hari terakhir menjadi jadwal kosong.

Jadwal kosong diisi dengan mengulang pergi ke tempat yang sudah pernah yaitu ke Itaewon dan Namdaemoon Market dengan alasan ada sesuatu yang harus dibeli lagi di kedua daerah tersebut.

Di Itaewon Rizka membeli Quran dengan terjemah berbahasa Korea. Si penjual memberikan harga murah banget karena katanya Qurannya terjadi salah cetak. Mungkin beberapa ayatnya kali yang salah. Karena Rizka bertujuan mengoleksi maka ia pun tak mengapa dengan Quran salah cetak tersebut yang penting ada huruf korea-nya lah pikirnya.

Selesai menemaini Rizka kembal menjelajah Itaewon kami ke Namdaemoon Market (lagi). Belanja ngabisan won terakhir. Kami menuju pintu masuk yag berbeda dari sebelumnya, otomatis kami berada di area penjualan yang berbeda pula.

Seingat saya, saya sibuk memilih baju buat para lelaki di rumah saya, Ayah, abang dan adik. Rizka mencari baju buat dijadikan oleh-oleh. Suci berburu tas pesanan Ibunya.

Langkah kaki saya semakin berat. Engsel lutut saya tak berfungsi lagi. Otot kaki saya memang lemah dan hasil pemeriksaan dokter pun berkata demikian. Kaki saya pantang dibikin capek.

Hari terakhir merupakan penderitaan terberat. Setiap ngeliat tangga saya pengen ngesot. Jalan saya seperti seorang renta. Spasi antara saya dan kedua teman saya begitu jauh. Asal mereka gak meninggalkan saya ketika naik subway dan tetap melihat saya ke belakang sih saya gak apa ditinggalkan langkah. Toh saya gak bisa mengejar langkah mereka lagi.

Hari itu kegiatan kami tak banyak. Selesai belanja kami langsung pulang. Sore sudah tiba kembali di hostel. Saatnya saya beristirahat demi utuhnya kaki saya untuk dibawa pulang ke Aceh esok harinya.

Suci melanjutkan nongkrong dengan teman Koreanya. Yang pulang ke hostel hanya saya dan Rizka.

Ketika saya sibuk mengoleskan krim buat peregangan otot di kaki saya, Rizka beberes koper. Lalu saya tidur. Dan terbangun di tengah malam untuk mandi. Besok harus sudah tiba di bandara pukul 5 pagi. Karena pasti mandi pagi itu wacana banget di tengah musim gugur yang dingin makanya saya mandinya malam aja. Gak sempatpun kalau mandi pagi.

Jam 4 pagi sudah nyeret koper ditengah sepi dan dinginnya pagi musim gugur Korea ke halte bus. Dingin. Lapar. Tapi saat itu belum patah hati. Jadi nelangsanya gak combo.

Singkat cerita malam harinya saya tiba di Aceh masih dengan coat hitam melekat di tubuh. Begitu tiba di Aceh suasana hangat menyapa. Aaah.. tetiba saya rindu panasnya Aceh. Benar adanya. Ketika disuruh milih panas atau dingin, maka saya akan memilih cuaca yang panas ketimbang dingin. Beberapa kali pembuktian tubuh saya gak cocok sama udara dingin. Seperti ketika Latihan Militer penerimaan pegawai, saya mengalami hipotermia akibat main hujan tengah malam dalam agenda jurit malam. Lalu ketika di Korea, kulit wajah dan kaki saya mengering dan keriput akibat cuaca dingin.

Pergi ke Korea merupakan perjalanan terjauh pertama saya. Perjalanan ke luar negeri pertama saya. Dalam empat kombinasi perempuan yang melakukan perjalanan bersama ke Korea Selatan ini satu diantaranya temen saya, dua baru saya kenal ketika melakukan perjalanan ini.

Saya selalu exciting bepergian dengan orang yang tak saya kenal. Selain menambah temen baru yang berarti bisa nambah kontak di wasap atau bbm juga berarti menambah wawasan saya terhadap apapun kelebihan orang tersebut yang patut dipelajari.

Seperti betapa kagumnya saya melihat Suci yang jago baca peta. Rizka juga bisa. Tapi perjalanan kali ini digawangi oleh Suci karena selain baca peta dia juga bisa membaca tulisan Korea yang petak-petak bulet-bulet itu. Saya kagum dan iri dengan Carina yang stempel di paspor-nya udah banyak dan betapa ini anak suka membaca. Bacaannya novel Haruki Murakami versi bahasa inggris. Ketika saya pinjem buat baca, kok susah banget saya move on dari halaman pertama ya? (red: harus pigi les lagi, Tan)

Lalu ada Rizka yang penuh perhatian terhadap rekan seperjalanan. Terlihat gimana dia yang selalu memastikan saya masih ada dalam jangkauan matanya ketika kaki saya mulai melemah buat dipake jalan dan naik turun tangga yang tiada akhir saat di stasiun subway. Juga bagaimana paniknya dia karena Suci yang belum pulang pada jam yang telah ia janjikan untuk tiba kembali ke hostel saat nongkrong cantik bersama teman Koreanya.

Melakukan perjalanan selalu menyenangkan. Menjadi suatu tim dan bagaimana tim itu bekerja menjadi perhatian saya kini. Bagaimana komunikasi dan hubungan yang terjalin akibat suatu perjalanan bersama menjadi hal yang candu bagi saya. Ingin rasanya di lain waktu saya bepergian dengan orang berbeda dan karakter berbeda pun bila perlu ditambah dengan orang yang belum saya kenal.

Karakter setiap orang yang berbeda membawa warna tersendiri pada setiap perjalanan. Inti dari perjalanan bukan hanya melihat suatu tempat baru, berpose di suatu lokasi yang bakal bikin iri orang yang belum pernah ke sana, makan makanan khas negara/daerah tersebut, namun juga, menambah teman dan menciptakan interaksi baru dari segala lika-liku perjalanan yang pasti selalu ada intrik-nya.

Untuk perjalanan Korea Selatan di musim gugur tahun 2014 lalu saya mengucapkan terima kasih pada Suci yang udah mau mengikutsertakan saya dan berkat jasanyalah saya bisa melihat Korea Selatan tidak hanya melalui drama saja. Makasih buat Rizka yang pada suatu malam iseng nge-wasap saya ngajakin ke Korea Selatan yang langsung bikin saya mupeng. Makasih buat Carina, menjadi teman bercanda di subway yang selalu kebagian jatah berdiri dan memandang iri pada ahjumma-ahjumma yang dapat kursi prioritas.

Korea Selatan. Terima kasih.

Episode 4 di Korea Selatan

Setelah turun naik turun naik subway dan naik turun naik turun tangga stasiun subway sampailah saya dan ketiga teman seperjalanan saya di suatu daerah bernama Ihwa Mural Village. Sebuah daerah perumahan yang kaya akan seni.

Objek wisata yang menjadi fokus di perumahan ini adalah disajikannya lukisan-lukisan dinding di hampir setiap rumah. Ragam macam gambar lukisannya yang pastinya cantik.

Sebelum mencapai perumahan ini kita harus ngos-ngosan dulu karena jalan menuju perumahannya nanjak gak nyantai banget. Udah samalah kayak naik gunung (oke, lebay). Saya sih capek banget dan nyaris sesak napas, tapi gitu liat orang-orang penduduk aslinya pada jalan gak pake emosi saya mah gengsi. Langsung berjalan tegap meski ini lelah.

Oke ini poto-potonya.

IMG_7784

 

 

 

 

 

 

 

IMG_7791

 

 

 

 

IMG_7764IMG_7795cats

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini tangga yang dilukis. Mantap ya? Rajin banget mereka ini.

IMG_7770

 

 

 

 

 

 

 

 

Ini spot poto favorit. Ngantri dan gak bisa lama-lama berpose kalau gak mau dijudesin sama turis lain. Saat saya ngambil pose di sini saya rebutan dulu ama turis China, dan ya… saya menang.

IMG_7224

 

 

 

 

 

 

 

 

before i die

 

 

 

 

 

 

Dinding penuh tulisan berjudul “Before I die” spot poto yang keren dan menjadi favorit saya. Sebelum otak saya ngeh, saya pikir ini tadinya kumpulan rumus-rumus kayak di papan tulis SMA untuk pelajaran Fisika. Eh… ternyata ini semacam kumpulan curhatan orang-orang yang ingin melakukan apa sebelum mereka mati.

Saya juga pengen ikutan. Etapi… jangankan spidol, pensil pun gak bawa. Jadinya saya gak bisa deh menuangkan ‘Dream List’ saya yang jumlahnya 173 item per 1 November 2014. Saya gak inget lagi apa-apa tulisan –yang beralfabet tentu saja– orang-orang di dinding itu, yang pasti seputar mimpi dan pengharapanlah.

20141108_113413

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Okay… mari kita go go dari sini dan melanjutkan perjalanan selanjutnya.

IMG_7816

 

 

 

 

 

 

20141108_122106

 

 

 

 

 

 

 

IMG_7822

 

 

 

 

 

Saya heran apa yang ada di pikirin orang Korea tentang pup. Iya tai. Apakah menurut mereka itu lucu? menggemaskan? unik? atau apa?

hingga mereka membuat ini.

IMG_7823

 

 

 

 

 

Bahkan pernah saya melihat ada sebuah kios yang menjual makanan dengan bentuk tai lengkap dengan warnanya yang kuning kecoklatan. Kue loh. Buat dimakan loh. Kenapa bentuknya harus hal yang menjijikkan kan?

Baiklah. Lupakan tentang tai dan mari kita ke Gyeongbokgung Palace

20141108_131534

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jangan pernah berharap bisa ngambil pose cantik di sini dengan latar gerbang istana tanpa manusia satupun. Gambar-gambar di iklan pariwisata mereka (Korea) yang bisa menampilkan gerbang ini utuh tanpa manusianya hanya Tuhan dan potograpernyalah yang tau kapan diambilnya dan bagaimana tekniknya.

20141108_133209

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar di bawah ini yang menjadi latar saya adalah Istana Raja mungkin. Kenapa pake mungkin? karena saya gak tau apa arti tulisan yang dipajang di atasnya dan saya gak ikut tim pemandu wisata yang hanya punya subtitle Korea, China, Jepang dan English. Gak ada subtitle Indonesia masa….

 

20141108_134353

 

 

 

 

 

 

 

Kenapa saya pede bilang Istana Raja? karena di dalamnya ada singgasananya.

20141108_134018

 

 

 

 

 

 

 

Ini potonya dari jendela yang tampak terbuka di poto sebelum ini. Gak boleh masuk. Dan seinget saya cuma inilah istana yang diperlihatkan isi dalamnya. Yang lainnya ya…. cuma nengok-nengok luarnya saja. Semua tampak sama menurut saya. Makanya saya males poto-poto bangunan yang mirip-mirip ini.

Paling di antara semua bangunan yang tampak mirip itu saya penasaran banget gimana bentuk kamar mandi plus toiletnya. Tapi ya… mau gimana, gak ada petunjuk yang menggunakan English sih.

Yang bikin kesel, karena gak bisa melihat isi dalam istana-istana dan bangunan yang mirip-mirip ini. Melihat kenyataan ini saya jadi teringat dengan situs sejarah di kampung saya, Aceh. Rumah Aceh dan Rumah Cut Nyak Dhien misalnya. Kita bisa melihat puas gimana bentuk rumahnya plus bisa berjalan di dalam rumah itu untuk melihat-lihat kamar tidurnya, dapurnya, ruang tamunya hingga kamar pembantunya. Pokoknya rasa penasaran kita terpuaskan dan rasa-rasanya kita seperti berada di waktu dulu. Melintasi waktu dengan pemandangan yang ditangkap mata.

Oke. Balik lagi.

Gyeongbukgong ini luas banget. Karena keterbatasan waktu dan uang jadinya kami hanya melintasi area Gyeonbukgong Palace ini saja yang kalau gak salah bayarnya 12.000 won atau 15.000 won gitu deh. Aaaah… saya lupa.

Totalnya kalau tidak salah ada tiga istana yang bisa dijadikan agenda tur. Tapi satu area Gyeongbukgong Palace aja udah luas pake banget.

Ini poto-poto di area Gyeongbukgong Palace selain pemandangan istana.

IMG_7428
Photo was taken by Carina Adhitia

 

 

 

 

 

 

Processed with VSCOcam with f2 preset
Photo was taken by Carina Adhitia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20141108_143539

 

 

 

 

 

 

 

20141108_144247
udah capek, bobok cantik dulu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20141108_151842
Suci in action. Dia lagi moto Rizka

 

 

 

 

 

 

20141108_152132
Gantian. Rizka motoin Suci,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abis dari sini kami ke Insadong. Suatu pasar yang mirip ama Myeongdong Market. Tempat jualan barang-barang untuk oleh-oleh. Tapi tempatnya lebih bagus dan cantik ketimbang Myeongdong Market yang beserak tak tentu.

Saya gak ambil poto di sini karena sibuk belanja. Tangan penuh dengan belanjaan jadinya gak bisa pegang kamera.

Saat perut mulai lapar dan mencari makan, saya nemu ini di salah satu tempat di area perbelanjaan ini.

20141108_181728

 

 

 

 

 

 

Apapun itu (gambar di atas) saya yakin ini maksudnya sama kayak Gembok Cinta di Namsan Tower. Orang Korea gemar banget ya ginian kayaknya.

Di Insadong ada Restoran India Halal. Aseeek… makan normal lagi akhirnya. Cuma nyampe di dalam restoran mood makan saya langsung hilang. Aroma kari yang pekat khas India membuat saya mual. Pilihan menunya juga gak membuat saya semangat. jadilah pilihan saya jatuh ke Nasi Goreng Sayur saja.

20141108_193703

 

 

 

 

 

 

 

Minumnya air putih aja, sama kayak di Nami Island. Gak ada menu untuk minuman. Lagian nasi goreng gituan aja harganya nyaris Rp100.000. E buset… mahal bingit kan?

Setelah makan kami lanjutkan belanja. Kesimpulan saya belanja di sini adalah harganya lebih mahal 1000-2000 won ketimbang belanja di Myeongdong. Akan tetapi lokasinya lebih enak, ditambah lagi ada atraksi dari penjual eskrim asal Turki yang cukup menghibur setelah lelahnya berjalan menyusuri pertokoan.

Dan… capek. Mari balik ke Hostel.

Episode 3 di Korea Selatan

Ini ni tempat yang paling saya nantikan dan dambakan. Saat saya dan temen-temen saya rapat kesyil-kesyilan untuk mengatur itinerary saya cuma mengusulkan ‘Nami Island’ sebagai destinasi wajib di Korea Selatan. Setelah saya bisa ke Nami saya mah terserah yang lain aja. Impian saya cuma pengen liat jajaran pohon maple yang cantik, titik.

Jangan tanya saya gimana cara perginya dari Seoul ke Pulau Nami, saya mah cuma ekor anak ayam aja yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang bila ditinggalin temen-temen saya.

Seingat saya moda transportasi menuju Nami Island yang kami naiki banyak. Subway, Taxi, hingga Ferry. Cara menuju ke sananya saya lupa yang jelas banyak jalan kakinya.

Dan inilah poto-potonya (semoga gak error lagi)

IMG_3413

20141107_142629

Daun yang menjadi obsesi saya. Pengennya bisa poto bareng daun maple punyanya Belanda, tapi belum kesampaian. Punya Korea bisa jugalah yang penting maple.

20141107_144420

Di Nami Island ada restoran Halal. Alhamdulillah… akhirnya di hari ketiga saya bisa makan siang dengan normal *sujud syukur*

Restorannya menyajikan makanan Asean dan Jepang. Saya pilih makanan Jepang aja karena gak keren banget kalau ujung-ujungnya saya pilih menu Nasi Goreng Indonesia di Korea kan? Untuk makanan Koreanya sendiri gak ada di menu di restoran ini.

20141107_150528

Setelah makan saya ngesot ke sebelah restoran ke gedung bernami Nami Library. Bukan untuk baca buku sih, karena percuma, udah belagak baca pun saya gak ngerti apa itu isinya. Hurufnya kotak-kotak bulet-bulet.

20141107_164306

Nami Library atau kalau saya gak salah inget disebut juga Yellow Building karena warnanya kuning (ya iyalah banget) ini sebenarrnya gedung yang keren.

20141107_154712

Ini tiang yang terbuat dari tumpukan buku, Gaes…

Nami Library ini isinya ada restoran, perpustakaan dan mushalla. Hiyeeee… akhirnya untuk pertama kalinya saya bisa shalat dengan wajar. Alhamdulillah *sujud syukur lagi*

20141107_144717

Yang Jadi icon di Nami Island ini adalah sepasang sejoli karakter di drama korea berjudul Winter Sonata.

IMG_7009Suci’s Collection

Sebuah drama korea yang mengambil tempat di Nami Island pada musim dingin tentunya. Berkisah tentang… tentang… um… tentang… okay, abaikan. Saya gak tau drama korea winter sonata ini karena belum pernah menontonnya. Dan yang membuat saya maruk pengen ke sini bukan juga karena drama tersebut. Saya ke sini karena daunnya dan suasana yang cucok banget kemari saat musim gugur. Romantis banget. Pergi tanpa pasangan emang rugi. Gak bisa gandengan tangan menyusuri pohon-pohon berdaun jingga yang bikin suasana lebih syahdu. Alamaaaak..

hhu

20141107_17472020141107_17215120141107_171854

Dan setelah membawa pulang banyak daun Maple untuk saya bawa pulang ke Aceh, Indonesia, maka telah terpuaskan dan terpenuhi keinginan saya hari itu. Nami Island keren. Keren banget di Musim Gugur. Saya barusan juga ada ngebaca-baca postingan blog orang lain di Nami Island tapi bukan di Musim gugur kayak saya. Makanya suasananya cenderung cerah gak seperti saya yang terkesan mendung gambar-gambarnya. Tapi kalau bukan musim gugur ya gak dapet daun maple berwarna merah, oranye dan kuning. Musim gugurlah yang membuat Nami Island bertambah keren.

IMG_7017Suci’s Collection

Episode 2 di Korea Selatan

Udah sebulan sejak liburan ke Korea baru ini update lagi tulisan tentang perjalannya. Ya… mau gimana ya.. ini bukan blog travelling juga sih, jadi ya sama aja, saya update juga isinya paling cuma cerita-cerita ngalor ngidul saya aja. Tapi karena ada juga sebagian temen yang nagih, yowisss saya share.

Di hari kedua tujuan pertama kami adalah Namsan Hanok Village. Sebuah area wisata perumahan tradisional Korea. Tempatnya bagus, bersih dan cucok buat poto-poto.

gerbang

IMG_3240

Poto di bawah ini adalah sumur yang di dasarnya penuh koin.

sumur

Mungkin ini sumur permohonan gitu deh. Semacam permohonan kita akan terkabul bila kita berdoa dan melemparkan koin ke sumur ini. Mungkin ya, soalnya ini hanya kesimpulan saya aja ngeliat fakta sumur ini banyak duitnya. Ada sih papan penjelasan di dekat sumur tapi pake tulisan korea yang petak-petak bulet itu. Mana ngerti saya meh onion head

Saya menatap lekat-lekat ke dasar sumur itu  admire onion head. Berpikir gimana cara ngambil koin-koin itu. Timba gak ada, tangga gak ada. Kalau langsung cebur nanti gak bisa naik lagi.

Iya, alih-alih ngelemparin koin dan berdoa semoga saya jadi nikah di tahun ini saya malah berpikir cara ngambil itu koin. Gini ya, pertama berdoa kepada selain Allah swt itu termasuk perbuatan syirik jadi ya saya gak mau. Kedua, kasian duitnya. Soalnya recehan 100 won itu kan setara Rp1.100 (saat itu) *perhitungan*

Kalau lemparin duit Rp100 kasihan juga. Pasti uang Rupiah minder karena kursnya paling kecil di antara yang laindepressed1 onion head. Iya kan? *pikiran rumit*

Jadilah, tetap saya gak mengajukan permohonan kepada sumur tua. Biarlah kapan saya menikah menjadi kejutan dari Allah untuk saya atas doa-doa yang tak henti saya panjatkan agar berjodoh dengan Abang itu. Ebuset… ini kok jadi curhat siy?

Oke.. jadi ada beberapa poto lagi yang mau saya pamerkan, tapi heran deh error mulu nih pas upload di wordpress. Lelah maka menyerahlah saya pamer poto-poto.

oiya… di Namsan Hanok Village ini juga cucok buat bikin poto prewed loh. Pas kami datang ke mari ada sepasang pengantin dengan busana tradisional korea berpoto di sini. Maaf saya gak bisa pamer gambar indahnya tempat karena soal error tadi. Jadi dibayangin aja deh ya. Tempat dengan kolam di mana air mengalir syahdu. Dihiasi dengan pepohonan berdaun merah, kuning dan oranye khas musim gugur. Daun-daun berguguran ditiup angin sepoi-sepoi dan burung-burung beterbangan. Gimana? bisa bayangin? Nah.. suasana dan tempatnya romantis makanya cucok buat bikin poto prewed.

Saya aja iri dan berasa pengen nelpon si Abang tunangan untuk datang ke Korea saat itu juga buat bikin poto prewed yang weddingnya entah kapan.

Setelah puas poto-poto dan keliling Village ini yang pake capek karena luas banget kami kembali melangkahkan kaki melanjutkan perjalanan.

Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Namdaemun Market. Pasar tempat belanja murah meriah. Kalau di Myeongdong tempat jualan berkelas, nah ini memang pasar murah meriah bangetlah. Luas banget. Mungkin sama kayak tanah abang kali ya luasnya. Soalnya beda arah beberapa derajat aja udah bingung ini tadi masuknya lewat mana. Oke ini saya aja sih mungkin yang bodoh.

Di Namdaemun Market saya belanja suvenir.

IMG_7838 IMG_7844 cats

Setelah belanja kami lanjut ke tempat terakhir yang paling membuat saya excited untuk jadwal hari ini.

LOTTE WORLD.

Iyaaaah…

Lalu saya kecewa tepat setelah sampai di sana crying1 onion head.

Kenapa? tujuan saya pergi ke mari adalah saya pengen naik Bianglala yang supergede banget. Iya, saya gak pernah naik bianglala. Pas SMP ada sih naik tapi tahu sendirilah bianglala kelas Pasar Malam, lingkarannya kecil.

Di Lotte World ini saya mengidamkan ada Bianglala yang gede banget kayak di drama You Come From The Star. Iya. Bianglala yang dinaiki Chong Song Yi pada hari ulang tahunnya itu.

E… ternyata adegan itu bukan di sini diambilnya. Soalnya yang saya liat satu-satunya bianglala di situ adalah bianglala dengan diameter kecil persis kayak punya Pasar Malam. Okeh, agak gedean beberapa centi mungkin. Saat saya klarifikasi apakah ada bianglala supergede seperti angan saya, jawaban si kakak-kakak berkostum kelinci itu adalah tidak. Lemes. Kecewa desperate2 onion head. Selanjutnya saya ogah-ogahan untuk naik wahan lainnya. Ya, soalnya tujuan saya cuma bianglala.

Aaaak… besok-besok kalau ke Jakarta lagi ke Ancol aja deh.

Malesnya naik wahana lain itu adalah ngantrinya yang mengular banget. Keliatan dari luar sih antriannya masih manusiawi ya. Masih layak kaki buat ngantri. Tapi ternyata semua itu muslihat, karena antriannya dari luar hingga ngular-ngular liuk-liuk di dalam. Fiuh… deh nunggunya dead onion head. Wahana sih seru-seru ya. Apalagi yang untuk menguji adrenaline. Jalur Roller Coasternya aja saya liat kayak gak ada ujungnya deh. Maka itu saya gak berani untuk naik. Teriakan para pengunjungnya gak enak banget.

Satu lagi saya sesalkan adalah keinginan saya untuk ber-ice skating ria juga tidak saya wujudkan. Kenapa? saya takut karena pinggang saya sedang tidak dalam keadaan baik.

Jadi ya itu dia tiga tempat yang kami kunjungi di hari kedua.

Episode 1 di Korea Selatan

Pertama-tama dan paling utama saya ucapkan terima kasih karena kamu telah mampir ke blog ini pada umumnya dan postingan ini pada umumnya. Bila kamu menemukan blog saya dari hasil gugling dan terdampar karena judul postingan ini berbau ‘Korea’ maka saya jelaskan dulu kalau blog saya bukan blog travelling.

Jadi gini.. apapun cerita yang akan saya paparkan dalam blog saya mengenai perjalanan saya ke Korea mungkin tidak banyak manfaatnya untuk kamu. Saya tidak pandai dalam menulis review, saya juga gak bisa memberikan tips atau trik tentang perjalanan saya, dan yang lebih penting lagi, saya gak bisa jelaskan bagaimana cara ke suatu tempat dari tempat A atau B mengenai perjalanan saya di Korea Selatan.

Lantas untuk apa saya nulis?

Ya Cuma pengen mengenang kalau ini merupakan perjalanan pertama saya ke luar negeri ala backpacker bawa koper. Saya juga menulis ini dengan maksud bercerita. Kalau kamu punya waktu membaca silahkan lanjutkan kalau tidak bisa baca-baca tulisan saya yang lain. Bisa lihat itu pilihannya di sebelah kanan kamu. Huhuhuhu…

Hari pertama di Korea petualangan pertama adaah menemukan hostel yang telah kami booking jauh-jauh hari sebelum kedatangan. Setelah menaruh barang dan mandi kami pun segera melanjutkan bertualang.

Tempat pertama yang kami kunjungi adalah Myeongdong. Hal ini memang telah tertulis di itinerary yang telah dibuat oleh salah satu temen seperjalanan saya. Saya gak tahu apa maksud pemilihan tempat ini. Apa manfaatnya dan apa gunanya. Tapi saya ya ikut aja, seperti yang saya jelaskan di sini kalau saya ini Cuma ekor anak ayam.

Setelah sampai di Myeongdong yang saya tangkap bahwa ini adalah salah satu pusat perbelanjaan di Seoul. Kiri kanan banyak banget toko jualan. Kosmetik, baju, sepatu, kaus kaki, juga jajanan pinggir jalan. Untuk barang-barang fashion harga yang ditawarkan dari mahaaaal banget ampe murah mampu dibeli juga ada.

 

Saya kurang tertarik di sini. Paling Cuma cuci mata, soalnya mood belanja belum keluar. Pantang banget kan belanja di hari pertama liburan sementara masih ada 5 hari lagi saya di sini. Entar uangnya keburu habis dong.

 

Tempat kedua yang saya kunjungi di hari pertama adalah Namsan Tower. Nah.. kalau ini saya baru semangat. Saya udah bersiap sedia banget pengen ngelihat salah satu tempat tertinggi di Korea. Kalau ingetan saya gak salah drama korea My Girl ada syuting di sini deh. Di drama itu dikatakan kalau di menara ini kita bisa melihat keseluruhan kota Seoul dari sini.

Hal yang membuat saya langsung kecewa berat di hari pertama saya berada di Korea selatan ini adalah kenyataan bahwa saya gak bisa melihat museum Teddy Bear. Ternyata museum Teddy Bear yang di Namsan Tower udah tutup sejak tahun lalu dan tinggallah yang ada di Pulau Jeju. Siyal dua kali adalah kami tidak membuat jadwal ke Jeju sebagai Itinerary karena kurangnya waktu liburan yang kami siapkan sementara banyak tempat yang ingin dikunjungi.

Aaaah… gak kebayang deh gimana kecewanya saya gak bisa liat museum Teddy Bear. Setelah menonton drama Korea berjudul Princess Hours (Goong) saya jadi tau kalau ada Museum Teddy bear yang memamerkan boneka Teddy Bear dengan beragam ukuran dan model baju.

Pernah lihat ini?
image

Salah satu mitos di Korea. Pasti udah tau maksud gembok-gembok itu kan? Jadi gak perlulah saya ceritakan lagi. Ratusribuan gembok-gembok ini dapat ditemui di Namsan Tower juga.

Nah.. setelah saya mengamati gembok-gembok ini dari dekat tetiba saya teringat kalau Abang Do Min Joon dan Kakak Chong Song Yi dalam film You Come From The Star juga pernah ngambil adegan di tempat ini. Kayaknya iya deh tempat ini.

Saya gak ikutan maruk majang gembok di situ. Selain saya gak percaya takhayul saya juga gak pergi bersama pasangan saya. Kan aneh pasang gembok sendirian.

Tapi saya beli gemboknya.

wpid-photogrid_1416808798327.jpg

Gak sepasang. Sebiji aja. Soalnya masak gembok ginian aja harganya 5000 won?

Etapi bentuknya unik sih emang.

Prolog: Kombinasi 4 Perempuan

Cuti yang ambil sejak tanggal 4 Nov-11 Nov 2014 saya pakai buat jalan-jalan ke Korea Selatan. Sebagai perjalanan pertama saya ke luar negeri tentu saja saya sangat bersemangat. Deg-degan, senang, cemas, sumringah, semuanya bercampur aduk.

Perjalanan ini menyertakan 4 orang perempuan. Semuanya single, cantik dan berkualitas.

IMG-20141109-WA0000

Saya sendiri sebenarnya tidak mengenal 2 orang lainnya. Saya berteman dengan si A, lalu si A temenan sama si B, si B sepupuan ama si C. Saya sih gak masalah sama komposisi ini. Meskipun tidak mengenal dua perempuan itu sebelumnya gak membuat saya segan ataupun merasa tak nyaman melakukan perjalanan. Malah menurut saya ini suatu hal yang bagus, jadinya saya nambah temen. Teringat dengan perjalanan beberapa bulan lalu ke Medan (yang cuma untuk bisa makan di Nelayan). Saya juga tidak mengenal dengan perempuan satunya, karena dia adalah temennya temen saya, tapi lalu kami bisa menjadi teman dan tetap menjaga hubungan sampai sekarang.

Dalam komposisi 4 perempuan cantik, single dan berkualitas ini ada satu perempuan yang kami andalkan untuk menjadi guide kami. Nona ini bernama Suci, dengan kemampuannya berbahasa Korea dia sukses membimbing kami ke jalan yang benar menuju tempat-tempat yang kami dambakan kami kunjungi di Korea.

09b46cd78f9f5626fee66bf9efad4b2d[1]

Suci in action

Photo was taken by Carina Adhitia

Guide Assistent adalah Rizka, perempuan ini juga jago baca peta jadinya ia bersama Suci adalah dua perempuan keceh penemu lokasi tempat dan membaca jalur-jalur subway yang katanya njelimet. Kenapa saya memakai ‘katanya’, karena saking njelimetnya, saya aja gak ngerti njelimetnya itu gimana.

Carina, perempuan ketiga yang ternyata adalah adik angkatan saya di kampus yang bahkan gak pernah sekalipun saya kenal di kampus, menobatkan dirinya sebagai Anak Ayam. Menurut pengakuannya, dia gak ngerti itu yang namanya menemukan jalan atau membaca peta, maka dari itu dia ikut-ikut aja kemana Guide membawanya seperti layaknya anak ayam.

Lalu apa peran saya?

Kalau Carina berperan sebagai anak ayam, maka saya ekor anak ayam. Bukan cuma ikut-ikut layaknya anak ayam, saya malah ngikutnya tanpa guna. Ia saya lebih parah. Bahasa yang saya kuasai Cuma bahasa Indonesia, kemampuan membaca peta nol besar, maka dalam perjalanan ke Korea ini saya sama sekali tak berguna. Carina lebih bermanfaat karena ia bisa bahasa Inggris dengan lancar. Saya? Satu-satunya keahlian saya menggunakan bahasa inggris cuma pas mau tanya ‘toilet di mana?’

Kombinasi 4 perempuan yang berbeda karakter dan kemampuan ini ternyata sukses membawa kami semua pergi ke Korea dan pulang kembali hingga ke Aceh dengan selamat.

Kombinasi 4 perempuan yang meskipun awalnya tak saling mengenal ternyata bisa menjadi grup (bukan vokal) jalan-jalan yang sukses.

Kombinasi 4 perempuan yang….

Cantik, single, berkualitas.

g[1]

Saya, Rizka, Carina dan Suci

Saldo Bikin Stress

Passport selesai kini tinggal ribet ngurus visa. Saya gak tau kalau ternyata pengajuan visa itu gak semuanya diterima. Dan ternyata syarat mendapatkan visa itu kok ya ribetnya nyaingin syarat mau nikah siy?

Okay.. mungkin ini siy semacam latihan buat saya sebelum nikah. Ribet-ribetan dulu ngurus visa sebelum ribet-ribetan ngurus buku nikah.

Bentar, teringat soal buku nikah, saya teringat tunangan saya yang karena saking sibuknya gak bisa nikahin saya tahun ini. Bentar ya, saya mau nyapa dia dulu. Mau tau masih hidup apa kagak.

Oke. Masih hidup. Masih ada harapan saya menikah tahun depan. Tapi sebelum nikah saya mau foya-foya dulu. Mau liburan selagi single dulu. Dan seperti yang saya bilang kemarin di sini, pas banget ada tiket promo.

Visa.

Hal pertama yang saya tau dari syarat ngurus visa adalah kalau kita diharuskan mempunyai saldo di rekening dengan jumlah tertentu dan minimal saldo itu ngendap selama 3 bulan.

Berapa saldonya?

Awalnya dikata 10 juta.

Aman. Ada lah segitu.

Seminggu kemudian saya baca-baca blog orang yang telah pergi ke korea katanya saldo rekening bank harus ada sekitar 20 juta. Menurut Bapak Agen Pengurusan Visa juga, minimal saldo sekitar 20-25 juta. Hal ini katanya sudah ia konfirmasi ke pihak kedutaan di Jakarta.

Ebuset.. naik euy.

Sampai sini saya mulai mikir. Soalnya selama ini tabungan saya itu dalam bentuk emas. Iya. Saya berinvestasi emas. Saya gak punya tuh saldo bank kecuali untuk kebutuhan hari-hari. Investasi emas saya lakukan karena saya paling gak bisa nyimpen uang. Lain halnya kalau udah berbentuk emas. Saya jadi lebih hemat.

Sempat kepikiran kalau ingin saya gadaikan saja emas-emasnya demi saldo saya meningkat.

Tapi lalu… ada kabar lagi kalau ke korea itu butuh saldo rekening 50 juta.

stoned onion head

EBUSET. 50 JUTA WOY… setahu saya ini kalau mau ke Eropa baru segini.

Ini ngapain coba uang segitu dipake ke KOREA? Apa saya udah gila? nonono onion head

Emang siy, saya tau ketentuan minimal saldo ini hanya supaya meyakinkan pihak kedutaan aja kalau kita di sana terjamin secara financial dan gak jadi pengemis di negeri abang Lee Dong Wook yang badannya nyenderable banget. Tapi ya, mikir juga lah. Ngapain coba minimal saldo 50 juta. Minimal ya. 50 juta ya. Ebuset noooo onion head

Sampe di sini saya dan temen-temen saya mulai stress. Mulai susah tidur. Mulai susah makan. Okeh.. 2 terakhir itu saya aja yang ngalamin itu juga gegara jadi anak kost yang ngekost di daerah pelosok.

Fiuh.. kami ini hanya ingin liburan. Hanya ingin poto-poto terus pamer di instagram. Bukan pengen buka warung babi panggang dan soju pinggir jalan di sana.

Padahal menurut saya 10 juta cukuplah jadi saldo minimal. Bahkan juga ada beberapa blog yang menyatakan kalau ia bisa mendapatkan visa hanya dengan jumlah saldo 10 juta. Ada juga yang 20 juta. Nah.. berhubung passport saya masih kosong dan belum pernah ada cap visanya, maka saya berusaha yang maksimal aja. Lagian saya gak mau rugi udah beli tiket.

Maka jadilah saldo rekening saya 30 juta. Cuma segitu kemampuan sayasweating onion head . Untung juga kemarin selain gaji ada tambahan dari uang lembur dan uang tunjangan cuti.

Maka dengan saldo 30 juta ini saya cetak rekening Koran selama 3 bulan terakhir. Karena ngurus visanya bulan 10. Maka saya cetak rekening Koran bulan 7, 8 dan 9.

Oiya. Kenapa saya ribet soal saldo dan rekening Koran? Karena hal ini merupakan salah satu syarat kelengkapan dokumen pengajuan visa.

Berikut beberapa dokumen untuk mengajukan visa.

  1. Passport asli
  2. Fotokopi passport
  3. Formulir aplikasi (http://idn.mofat.go.kr/languange/as/idn/im)
  4. Pas photo 2 lembar (ukuran dan warna latarnya beda-beda info yang saya dapat, jadinya saya ngasih 3×4 warna 2 lembar, dan 3×4 latar putih 2 lembar juga 4×5 latar putih 2 lembar)
  5. Fotokopi kartu keluarga
  6. Surat keterangan bekerja (bila telah bekerja)
  7. SIUP tempat bekerja
  8. Surat keterangan mahasiswa/pelajar (bila masih kuliah atau sekolah)
  9. Fotokopi Bukti Keuangan (pilih satu atau lebih)
  10. Fotokopi SPT no 1770/1770 ss
  11. Rekening Koran selama 3 bulan terakhir dengan minimal saldo 30 juta.
  12. Referensi Bank
  13. Slip Gaji (bila bekerja)
  14. Kartu Jamsostek
  15. Fotokopi e-Ticket
  16. Fotokopi e-Accomodation
  17. Itinerary selama di Korea
  18. ID Card
  19. Fotokopi Akta Kelahiran

Yang saya baca-baca dari blog orang yang udah pernah ngurus visa, lebih baik dokumen itu selengkap mungkin. Jadi ya saya usahakan memberikan semua dokumen itu. Sampai-sampai kartu jamsostek dan NPWP pun saya fotokopi. Fiuh..

Deg-degan euy…smoking1 onion head

Yang ngurus visa saya dan temen-temen yang akan berangkat ke Korea adalah salah satu temennya kami yang udah pernah ngurus visa. Kami minta tolong sama dia. Gak jadi pake Bapak Agen Pengurus Visa. Mahal euy ama dia. Visa Korea Rp480.000. fee buat dia Rp600.000. total bayar Rp1.080.000. Fiuh…

Sama si temen ini kami cukup bayar Rp600.000 aja. Kelebihan setelah dipotong uang visa itu kami anggap buat ongkos jalannya dia aja.

Konon kalau suruh bikin ama travel biayanya Rp700.000. Tapi mah, orang travel cerewet. Kitanya mesti punya saldo minimal 50 juta di rekening Koran.

Akhirnya setelah semua dokumen lengkap berkas kami dikirim tanggal 1 Oktober lalu. Dan baru ada kabar mengenai visa kami di tanggal 20.

Yeaaaay…love onion head

Akhirnya visa kami semuanya diterima euy. Kami boleh ke Korea.

Ajaib. Pikir saya.

Soalnya saya ngerasa syarat saya banyak yang kurang. Pertama mengenai jumlah minimal saldo rekening Koran, kedua passportnya saya masih virgin kayak saya (eh?)

Ternyata saya dapet visanya.

Senang bukan main. Gelisah selama 3 minggu sirna sudah.

Koreaaaa… I am coming wow2 onion head

Bikin Passport

Gagal menikah, cuti tahun ini saya pakai buat liburan. Emang siy, udah niat dari awal, kalau batal nikah tahun ini saya emang bakal liburan ke luar negeri. Foya-foya. Ngilangin stress. Awalnya destinasinya paling yang deket-deket aja kayak Malaysia, Singapore, Thailand. Eh… gak taunya tetiba pada suatu malam seorang temen mengatakan kalau lagi ada promo tiket murah ke Korea. Maka… jadilah saya mengatur liburan ke korea. Pas ada temen jalan, pas ada tiket murah, pas cuti belum kepake, pas nikah yang tertunda, pas ada duit.

Yihaaaaaaaaaaaa…

Tiket dibeli.

Tapi lalu… saya belum punya passport.

Iya. Saya sama sekali belum pernah pergi ke luar negeri, makanya gak punya passport. Karena tiket udah dibeli (Cuma maskapai Air Asia bisa beli tiket tanpa adanya nomor passport) maka saya bikin passport dulu.

Ternyata bikin passport itu gak njelimet. Kebetulan saat itu saya juga gak pake antri lama karena datang pagi-pagi. Apalagi saya juga udah daftar online.

Jadi menurut temen, alangkah baiknya kita mendaftar online dulu sebelum datang ke kantor imigrasi biar cepet kelar. Ya.. walaupun udah nyampe di sana kitanya disuruh tunggu dulu dengan alasan diri kita didata dulu. Lah? Leh? Loh? Kan kita udah data online kan?

Udah iyain aja. Emang gitu (mungkin juga ini hanya gaya kantor imigrasi di Aceh). Tapi yang jelas kalau kita udah daftar online ada prosedur yang kita lewati di kantor imigrasi yang akhirnya bikin proses kita cepat kelar. Gegara inilah hingga ada ibu-ibu sewot kenapa saya duluan yang dipanggil tuk poto padahal dia duluan datang.

Nah.. berikut langkah-langkah yang bakal saya beritahukan kalau kamu sama kayak saya yang belum pernah keluar negeri hingga gak punya passport.

ONLINE:

  1. Daftar Online di imigrasi.go.id. Masuk ke menu Pra Permohonan Passport. Lalu isi data sesuai yang diminta.
  2. Setelah data diisi ntar mereka ngirim email konfirmasi. Dalam email itu ada lampiran surat pengantar ke bank.
  3. Bawa surat pengantar ke bank BNI (konon katanya harus BNI) dan bayar Rp355.000+5000 (adm bank)= Rp360.000
  4. Setelah bayar entar kita bakal konfirmasi lagi di webnya untuk memilih kapan jadwal datang ngurus passport.
  5. Bawa bukti bayar dari bank ke kantor imigrasi.

DI KANTOR IMIGRASI

  1. Siapkan dokumen asli dan fotokopi: KTP, KK, Ijazah, Akta Kelahiran, dan Surat Keterangan Bekerja dari kantor kamu bila status di KTP kamu Karyawan.
  2. Isi form yang dikasih oleh petugas imigrasi. Iya. Emang. Kita udah daftar online kan? Udah iyain aja. Isi aja.
  3. Masukan semua fotokopi dokumen dan form ke dalam map yang diberikan petugas imigrasi dan serahkan melalui loket 1 (kalau gak salah).
  4. Katakan pada petugas loket kalau kita sudah daftar online dan minta nomer antrian. Ntar petugas loket bilang kalau data kita harus diinput ulang. Lah? Leh? Loh? Kita udah daftar online kan? Udah iyain aja.
  5. Tunggu dipanggil. Setelah itu baru kita dapat nomor antrian pembayaran.
  6. Nah di loket pembayaran bilang aja kita udah bayar di bank dengan nunjukin bukti pembayaran dari bank BNI.
  7. Setelah itu kita dapet nomor antrian lagi. kali ini nomer antrian untuk poto. Sebaiknya jangan memakai baju putih atau jilbab putih karena latar poto putih. Dan.. bagi kamu pengguna contact lens harap dilepas dulu itu lensanya. Soalnya ntar saat dipoto akan keliatan retina kita aneh dan gak pas. Saya aja yang contact lens-nya warna bening dan selama ini berhasil mengelabui banyak orang ketauan juga oleh si kamera imigrasi euy.
  8. Setelah poto kita diwawancara dan diminta memperlihatkan dokumen asli (KTP, KK, Ijazah, Akta Kelahiran).
  9. Saat wawancara palingan ditanya apa tujuan kita buat passport. Pelis… jangan bilang ingin liburan karena patah hati ditundanya pernikahan. Pelis jangan. Pelis…
  10. Saat wawancara juga ditanya apakah nama kita udah betol atau kagak. Saat wawancara juga gak ditanya aneh-aneh asalkan kamu juga gak jawab aneh-aneh saat ditanya apa tujuan bikin passport.
  11. Setelah itu petugas imigrasi ngasih lagi bukti pembayaran bank tadi yang telah distempel tanggal pengambilan passport. Bukti ini disimpan ya.
  12. Biasanya passport kelar 3 hari kerja dari pengurusan. Nah. Saat tanggal yang tertera datang. Maka pergilah ke kantor imigrasi lagi untuk ambil passport kita yang udah jadi dengan menyerahkan bukti pembayaran bank.

Naah.. itu langkah-langkah (kok banyak ya?) untuk bikin passport. Langkah-langkah ini sebenarnya didikte oleh teman saya yang telah terlebih dahulu ngurus passport. Soalnya saya yang kini tinggal di daerah karena bekerja butuh waktu khusus ke ibukota propinsi untuk bikin passportnya. Makanya saya tanya syarat dan caranya yang lengkap biar gak ribet bolak-balik.

Maka dari itu selesailah passport saya