Mengenangmu

Innalillahi wainna Ilaihi Raji’un.

Telah berpulang ke rahmatullah Irwan Kastama pada hari Minggu, 26 Agustus 2012 pada pukul 16.00 WIB. Almarhum menderita penyakit jantung dan hati. Jenazah telah dikuburkan pada hari Senin, 27 Agustus 2012 sekitar pukul 8-9 pagi.

====================================================

Pasti kalian tahu (yang sering mampir kemari) betapa sedang jatuh cintanya saya beberapa bulan belakangan ini. Betapa dengan bangganya saya menceritakan kisah percintaan saya di sini yang kadang membuat beberapa orang cemburu ataupun malah ikut merasakan kebahagian saya.

Iya. Semua itu karena saya sedang jatuh cinta pada lelaki bernama Irwan Kastama.

Yang kini telah tiada.

Tentang sedih dan kehilangan yang saya rasakan itu mutlak. Tak terbantahkan tak bisa ditutupi. Air mata telah membuat mata saya bengkak tak karuan.

Saat ini saya sedang ingin menghadapi kenyataan. Kenyataan kalau kekasih saya memang telah tiada. Saya tak ingin lagi membodohi diri dan berpura-pura bermimpi. Lalu, inilah saya, dengan kerapuhan yang masih tampak dan kegetiran yang masih terlihat mencoba mengenangnya semampu saya. Mencoba menghidupkannya di hati saya agar kenangan manis bersamanya tak lupa begitu saja. Agar waktu 6 bulan kebersamaan kami sejak pertama kali bertemu tak menjadi suatu hal yang tak berarti.

Kelak, tulisan saya mungkin akan banyak berkisah tentangnya. Tentang betapa saya mencintainya ataupun sebaliknya, tentang apa-apa yang kami angankan atau hal remeh temeh lainnya. Ini cara saya. Cara saya mengenangnya habis-habisan. Agar kelak bila tahun-tahun telah berlalu banyak, ketika nisannya telah terlihat usang, kenangan bersamanya tak luntur dari ingatan saya. Dengan saya masih bisa membacanya, maka saya masih bisa mengenangnya, karena betapapun ini tentang cinta. Cinta yang jodohnya berhenti sampai di sini.

Ditinggalkan karena diduakan atau putus dengan beragam alasan tak pernah sama rasanya dengan ditinggalkan dengan rasa masih sayang dan cinta namun yang dikasihi meninggalkan dunia ini menuju dimensi yang lain.

Kelak saya akan kembali baik-baik saja. Saya pastikan itu. Hanya saja biarkan saya terlena dengan air mata ini sejenak. Ini karena hati saya yang penuh oleh perasaan dicintai dan mencintainya.

Saya tak tahu tentang dimensi yang kini kamu tinggali, Sayang. Tapi saya tahu, kalau kamu masih ada di dunia ini pastinya kamu tak ingin saya terpuruk terus begini. Sabar saja, akan ada waktunya senyum ceria saya kembali terkembang seperti yang saya berikan pada kamu pada pertemuan pertama kita dahulu.