Tak Benar-Benar Pergi

Kukira sudah berakhir. Berlalu sejak lambaian tanganmu mengakhiri pertemuan kita.

Ketika seseorang pergi dalam hidup saya guna dapat menyambung kehidupannya dengan ketenangan dan melupakan semua kenangan tentang saya, ketika itu saya berpikir dia memang telah benar-benar pergi.

Ketika dengan angkara murka, sedih, kecewa dan dendam membara dia pergi berlalu dari saya membawa sebongkah hatinya, ketika itu saya berpikir dia memang benar-benar telah pergi.

Ketika pengganti penyejuk hati hadir, ketika kisah barunya bermula, ketika senyumnya kembali terkembang, ketika itu saya berpikir dia memang benar-benar telah pergi.

Ketika saya dapati matanya menatap saya, datang pada saya, membawa sebongkah hatinya lagi bahkan ketika pengganti itu masih ada, ketika itu saya bertanya kenapa dia kembali lagi?

Untuk dia yang selalu terus menerus kembali pada saya. Kembali membawa sebongkah hati yang sama. Kembali bersama harapan lalu yang selalu di daur ulang. Apakah memang benar dia tak pernah benar-benar pergi?

Untuk dia yang tak benar-benar pergi. Apakah mungkin ini disebut cinta?

Seumpama cinta. Siapakah yang bodoh? Saya yang tak pernah mau memilikinya atau dia yang tak jera menawarkan?

Rasa dari orang yang tak pernah benar-benar pergi. Mungkinkah ini cinta?

Leave a comment